Kisahnya.
Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli.
Ketika duduk bersama dengan Ibnu Abbas r.a, tiba-tiba datanglah sekelompok kaum yang tampak risau. Dari wajahnya yang asing, Abdul dan temannya tahu jika mereka bukan penduduk sekitar.
Sekelompok kaum tersebut melintas mendekat dan berkata,
"Kami berangkat dari rumah dengan maksud menunaikan haji dan ada seorang teman kami yang ketika sampai di daerah Dzatus Shafah meninggal dunia, kemudian kami mengurusnya."
Liang Lahat Penuh Ular.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya, bukankah itu perbuatan yang mulia," tanya Abdul.
"Benar, tetapi ketika kami menggali tanah untuk kuburnya, ternyata galian tanah itu penuh dengan ular," jawab sekelompok kaum itu.
"Jika demikian, galilah di tempat yang lain," kata Abdul.
"Kami tinggalkan tempat itu dan kami menggali lagi di tempat lain. Tetapi di tempat yang lain itu pun sama saja, liang lahatnya penuh dengan ular," jawab mereka.
"Carilah tempat yang lain," ujar Abdul lagi.
"Sama saja, kami tinggalkan tempat itu dan menggali kubur untuk yang ketiga kalinya dan ternyata di tempat itu pun liang lahatnya penuh dengan ular. Kemudian kami tinggalkan mayat itu dan kami datang kepadamu," kata sekelompok kaum yang putus asa itu.
Mendengat kisah yang cukup mengherankan itu, akhirnya Ibnu Abbas r.a menyarankan agar sekelompok kaum itu menguburkan mayat temannya di mana saja.
"Itu adalah amal perbuatan yang ia lakukan sendiri. Pergilah dan kuburlah mayat itu. Demi Allah, seandainya kamu menggali seluruh bumi niscaya kamu akan selalu menjumpai uar di dalamnya. Beritakan hal ini kepada kaumnya," kata Ibnu Abbas.
Mencampur Gandum Asli dengan Tangkainya.
Sekelompok kaum itu akhirnya dengan terpaksa menguburkan mayat temannya bersama ular-ular di liang lahat. Setelah menguburkannya, mereka meneruskan perjalanan hajinya.
Seusai musim haji, sekelompok kaum itu memberitahukan peristiwa yang memilukan itu kepada istri si mayat. Tentu saja istri almarhum menangis mendengar penuturan itu. Ia tidak menyangka jika suaminya begitu cepat meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk selama-lamanya.
"Apa yang bias dia (almarhum) lakukan sewaktu hidupnya dulu?" tanya sekelompok kaum itu.
Istrinya menjawab,"Ia dulu berjualan bahan makanan, yaitu gandum. Setiap hari ia mengambil sebagian gandum dagangan itu untuk dimakan, kemudian sebanyak gandum yang dia ambil diganti dengan tangkai gandum yang warnanya serupa, lalu ditumbuk dan dicampur dengannya."
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin selamat dari fitnah kubur maka ia harus menjauhkan diri dari segala bentuk kecurangan dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya.
Wallahu A'lam.