"Kemarin sore, kakak Pak Ngatiman itu memberi kabar kalau adiknya telah meninggal. Kami pun segera gotong royong menyiapkan segala kebutuhan pemakaman,” kata Sukir (30), tetangga dekat Ngatiman, Rabu, 19 Agustus 2015.
Ngatiman (45), sehari-hari hidup dengan orangtuanya yang berusia 90 tahun. Pria lajang itu setia merawat ayahnya, Saripan, yang telah lama sakit-sakitan.
"Seminggu terakhir ini Ngatiman dirawat di rumah sakit karena sakit gigi sejak satu bulan lalu, kami bergantian merawat Saripan,” kata Sukir.
Pada 11 Agustus, Ngatiman dirawat di Rumah Sakit Bokor di Turen, lantaran sakitnya tak kunjung membaik. Ia pun dirujuk ke RSUD Kanjuruhan di Kepanjen pada 16 Agustus 2015.
Namun kedatangannya di RSUD Kanjuruhan berujung dengan surat rujukan ke RS Dr Saiful Anwar Malang di hari yang sama. Sekira pukul 17:30, di hari yang sama, Kusnan menyampaikan kabar bahwa adiknya telah meninggal di RSSA Malang.
"Kabarnya waktu itu Ngatiman sudah berhenti bernafas. Waktu ada banyak warga desa yang langsung ke rumah Ngatiman. Kami mengungsikan ayah Ngatiman ke tetangga lain yang jaraknya sekitar 500 meter. Tujuannya agar dia tak kaget dengan kabar meninggalnya Ngatiman,” cerita Sukir.
Kabar itu pun langsung direspons warga. Mereka pun segera menggali lubang di pemakaman desa setempat dan mendirikan tenda bagi warga yang ingin bertakziah.
Kebutuhan pemakaman dan selamatan lain juga disiapkan oleh penduduk dengan gotong royong. Namun, beberapa jam kemudian, Kusnan menyampaikan kabar lain, bahwa adiknya hidup kembali.
"Kami kemudian melapor kepada Pak Camat, jika Ngatiman hidup kembali setelah meninggal sekitar tiga jam,” ujarnya menambahkan.
Warga segera menutup lubang makam, membongkar tenda dan membawa kembali orangtua Ngatiman yang sempat diungsikan ke rumah tetangga.
Hanya Salah paham
Kabar tersebut kemudian dibantah pihak Rumah Sakit Dr Saiful Anwar Malang. Setelah melakukan pengecekan di ruang Intensif Care Unit (ICU), petugas Humas RSSA Franky Indra menyebut informasi tersebut bisa jadi muncul akibat salah paham saja.
"Sepertinya ada salah paham saat menerima pesan itu, jadi pasien dikabarkan meninggal. Kondisi pasien sampai saat ini masih dipantau di ICU,” kata Franky, Rabu 19 Agustus 2015.
Kepala Instalasi Anesthesi dan Rawat Intensif RSSA Malang dr. Wiwi Jaya SpAnKIC menyebut, pasien Ngatiman menderita Abcess Colli, abses di bagian leher. Ada pembengkakan akibat infeksi di bagian leher dan telah mengeluarkan nanah.
"Kami menerima pasien setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan sebagian nanah di leher dan telah terpasang alat bantu pernafasan sampai sekarang," katanya.
Kondisi Abcess Colli menurutnya membuat saluran pernafasan terganggu. Bengkak dan nanah yang berada di bagian leher menekan saluran pernafasan dan membahayakan saluran pernafasan serta menimbulkan sesak nafas.
sumber:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/663150-heboh--orang-ini-meninggal-tiga-jam-lalu-hidup-lagi