Itulah yang terjadi pada jasad Al Amir Sayyid Hasan.
Karena masih memiliki tanggungan hutang sebelum meninggal, Amir mendapat azab kubur.
Di alam barzah, jasad Amir terhimpit bumi dan makamnya menyempit.
Namun, setelah hutangnya dilunasi oleh anaknya, alam kubur Amir menjadi lapang.
Berikut Kisahnya
Dikutip dari Kitab Dar As-Salam, diceritakan bahwa pada suatu hari Sayyid Ali bersedih karena ayahnya meninggal dunia.Sebagai anak, ia ikut menguburkan ayahnya tersebut.
Beberapa bulan kemudian, Sayyid pergi ke Masyad (Iran) untuk menuntut ilmu. Namun tujuh bulan kemudian, giliran ibunya yang meninggal dunia dan dikuburkan di daerah Najef (Irak).
Pada suatu malam, Sayyid bermimpi didatangi nayahnya.
Dalam mimpinya tersebut, Sayyid mengucapkan salam kepada ayahnya.
"Assalamu'alaikum..," ucap Sayyid dalam mimpinya, dimana dia sadar bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
"Waalaikumsalam..," jawab ayahnya.
"Wahai ayahku, coba ceritakan kepadaku, bagaimana kondisi ayah di alam kubur sekarang ini?" tanya Sayyid dengan penuh heran.
"Dengarkanlah wahai anakku. Sesungguhnya kuburku terasa sempit. Alam kubur itu seolah menghimpit jasadku," Jawab ayah Sayyid.
Kemudian Al Amir (ayahnya Sayyid) mengatakan apa yang dialaminya di alam kubur karena tidak lepas hutang yang berlum terbayar kepada tetangganya yang bernama H Ridla bin A'a Babasy Syahir.
Namun, tak sampai selesai bercerita, tiba-tiba saja Sayyid terbangun dari tidurnya. Mimpi itu menyisakan tanda tanya besar dalam benak Sayyid.
Pada keesokan harinya, Sayyid mengirim surat kepada saudaranya di daerah Isfahan.
Dalam suratnya itu, ia menceritakan mimpi yang dia alami sekaligus menanyakan apakah ayahnya memang memiliki hutang kepada H Ridla bin A'a Babasy Syahir. Beberapa hari kemudian, datanglah surat balasan. Namun, isi surat itu menyatakan bahwa saudaranya tidak menemukan catatan hutang di buku milik ayahnya.
Karena terus menerus diliputi kegelisahan, Sayyid kembali menulis surat kepada saudaranya.
Dalam surat itu, ia menyuruh agar saudaranya mendatangi rumah H Ridla dan menanyakan perihal hutang ayahnya.
Setelah ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan, ternyata benar jika ayah Sayyid pernah berhutang sebesar 18 tuman (mata uang Iran) dan tak ada seorang pun yang mengetahui kecuali Allah SWT karena hutang tersebut tidak tercatat di buku.
Setelah mendapatkan kejelasan tentang hutang tersebut, maka saudara Sayyid mengirim surat lagi yang menyatakan kebenaran hutang itu.
Hutang Dilunasi Anaknya
Sayyid yang menerima surat balasan dari saudaranya, langsung mendatangi rumah H Ridla dengan tujuan untuk melunasi hutang ayahnya.Ketika bertemu dengan H Ridla, Sayyid menceritakan perihal mimpinya.
"Tuan, terimalah uang ini sebagai kewajiban atas hutang ayah saya," kata Sayyid.
Akan tetapi, uang tersebut ditolak oleh H Ridla yang rupanya terkesima dengan mimpi Sayyid.
"Karena mimpimu itu, sekarang hutang ayahmu aku ikhlaskan. Sesungguhnya aku telah menganggap ayahmu seperti saudarku sendiri," ucap H Ridla.
Begitu mendengar kata ikhlas yang diucapkan H Ridla tersebut, Sayyid merasa lega dan gembira. Ia pun segera berpamitan dan meluncur pulang.
Pada malam harinya, ia bermimpi lagi didatangi ayahnya. Dalam mimpi itu, ia melihat wajah ayahnya berseri-seri.
"Alhamdulillah, sekarang aku dalam keadaan yang baik. Kesempitan dan himpitan alam kubur itu telah hilang dan berganti dengan kelapangan," ucap Al Amir di dalam mimpi anaknya.
Itulah salah satu kewajiban anak, saudara, agar melunasi hutang sebelum jasad dikuburkan.
Telah jelas, bahwa tiap kali kita megiring jenazah, diberitahukan ke khalayak ramai, siapa yang memiliki hutang kepada si fulan, maka bisa berhubungan dengan ahli warisnya.