Karena melarang warga untuk mengambil air di sumurnya, akhirnya Yazid yang kaya raya namun pelit itu mendapat siksa amat pedih dan menjadi buta ketika di alam Barzah, meskipun Yazid taat emnjalankan perintah agama.
Berikut Kisahnya.
Pada zaman pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, terdapat salah seorang ulama besar bernama Syeikh Abdurrahman. Pada suatu malam, setelah melaksanakan shalat Tahajud di masjid, Syeikh tertidur. Dalam tidurnya itu tiba-tiba ia bermimpi bertemu dengan Yazid, yang merupakan tetangganya yang telah meninggal dunia satu minggu sebelumnya.
Yazid ini adalah orang terkaya di kampungnya.
Tanahnya ada di mana-mana, ia juga sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Shalat lima waktu tak pernah ia tinggalkan, ia juga kerap kali berpuasa dan sedekah.
Meskipun Yazid ini tergolong orang yang taat beribadah, akan tetapi dalam mimpinya itu, Syeikh Abdurrahman melihat Yazid mendapat siksaan yang amat pedih dan kedua matanya buta.
"Bagaimana orang sebaik Yazid mendapat siksa yang berat," guman Syeikh Abdurrahman dalam hati.
Melihat Yazid terus menerus menangis dengan kondisi matanya yang buta, Syeikh Abdurrahman mendekatinya dan kemudian bertanya,
"Yang saya tahu, Bapak selalu menjalankan semua perintah Allah SWT. Tapi, kenapa engkau menangis dan mendapat siksaan seperti ini? Lalu kenapa kedua matamu menjadi buta?"
Tak Menepati Janji.
Mendapat pertanyaan itu, Yazid kemudian bercerita tentang perbuatannya di masa hidup di dunia.
"Semasa hidup, saya pernah melarang warga untuk mengambil air bersih di sumur ladang milik saya," jawab Yazid dengan sedih.
Kala itu, ia baru saja membeli sebidang tanah dari seorang miskin dengan harga yang murah sekali karena orang miskin itu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan anaknya yang sedang sakit parah.
Namun, sebelum proses jual beli dilakukan, sang pemilik tanah meminta kepada Yazid agar membiarkan warga untuk mengambil air sumber di ladangnya. Air sumur itu memang menjadi jantung kehidupan masyarakat setempat ujntuk kebutuhan sehari-hari.
Satu bulabn berlalu, Yazid masih memperbolehkan warga untuk mengambil air di ladang miliknya. Namun, pada bulan berikutnya ia mulai gerah. Keesokan harinya, ia meminta tukang kebun untuk membuat pagar mengelilingi ladangnya.
Melihat hal itu, para warga bingung karena tidak bisa lagi mengambil air.
Warga Kelaparan.
Sejak saat itu, warga mulai kelaparan. Banyak tanaman mereka yang rusak akibat kekurangan air. Akhirnya, warga mengambil air ke tempat yang lebih jauh.
"Itulah sebabnya saya mendapat siksa dan dibutakan di alam barzah ini," ujar Yazid kepada Syeikh Abdurrahman di dalam mimpimya.
Lalu Syeikh Abdurrahman bertanya,
"Adakah jalan keluarnya?" tanay Syeikh.
"Jika pewaris saya membukakan sumber air itu lagi dan membiarkan penduduk memanfaatkan kembali, maka keadaan saya akan lebih baik," jawab Yazid.
Setelah itu, Syeikh Abdurraham terbangun dari tidurnya.
Pada pagi harinya, ia mengunjungi rumah ahli waris Yazid. Ulama tersebut menceritakan mimpinya serta permintaan dari Yazid tersebut. Setelah selsai menceritakan kejadian yang dialaminya itu, para ahli waris Yazid setuju untuk membuka kembali sumber air.
Warga Gembirta.
Saat itu, para warga gembira karena mereka kembali bisa mengambil air dari ladang tersbut.
Selang beberapa waktu, Syeikh Abdurrahman kembali bermimpi bertemu dengan Yazid.
Dalam mimpi yang kedua ini, ia melihat Yazid sudah tidak dalam kondisi disiksa dan keduanya matanya tidak buta lagi.