Cerita Tentang Para Ahli Kubur

Minggu, 01 Mei 2016

Melihat Roh Setelah Mati Suri

Ini ada kisah dari seorang dokter yang pernah mengalami mati suri serta melihat roh. Apakah yang dilihatnya tadi benar-benar roh atau bukan, bisa disimak keterangannya di bawah ini.

Di balik keputusannya memilih kedokteran forensik sebagai profesi, dr Ida Bagus Putu Alit DMF SpF, ternyata memiliki berbagai pengalaman hidup terkait dengan kematian.

Bahkan ia pernah mengalami koma tiga bulan dan mati suri.

Bagi sebagian orang tentu sangat mengerikan jika kesehariannya selalu berurusan dengan jenazah atau mayat.

Belum lagi jika mayat tersebut merupakan korban pembunuhan, korban kecelakaan, ataupun bunuh diri yang meninggal secara tidak wajar.

Namun, tidak demikian halnya dengan dr Alit, yang kini menjabat sebagai Kepala Bagian SMF Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Hari-harinya tak pernah jauh dari mayat.

"Ada beberapa pengalaman yang membuat saya memilih kedokteran forensik sebagai profesi saya," ujar pria murah senyum yang lahir 45 tahun silam ini saat berbincang dengan Tribun Bali di ruang kerjanya, Rabu (27/5/2015).

Dokter Alit menjelaskan, alasan dirinya memilih kedokteran forensik sebagai profesinya karena ingin mengembangkan ilmu forensik yang pada tahun 1996 silam hanya ada ada orang ahli forensik di RSUP Sanglah.





"Saya baru lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Saat itu hanya terdapat dua dokter forensik di Bali yang semuanya bertugas di RSUP Sanglah. Saya pun tertarik mendalami ilmu kedokteran forensik dan melanjutkan studi di Groningen State University di Belanda, Victorian Institute of Forensic di Singapura, dan pendidikan dokter spesialis forensik di FK Universitas Indonesia," terang dr Alit.

Selain itu, ada pengalaman hidup lainnya yang mendorong dirinya untuk mengetahui suatu sebab kematian.

"Saya dulu saat kelas empat SD pernah mengalami NDE (Near Death Experience/mati suri). Bahkan, saat itu oleh keluarga, saya sudah sempat dinyatakan meninggal dan sudah dilayat oleh penduduk di desa," terang pria asal Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Selat, Karangasem, ini.

Sebelumnya ia sempat mengalami koma selama tiga bulan karena mengalami kelainan di otak.

Setelah itu, pihak keluarga menyatakan dirinya sudah meninggal dunia.

Padahal, secara medis ia mengalami NDE.

"Secara teori jika mengalami NDE, seseorang akan mengalami sensasi berupa melihat lorong dan satu titik cahaya. Saya ingat, itulah yang saya lihat saat itu," terang ayah yang telah dikaruniai dua putra.

Setelah banyak keluarga dan tetangga desa yang datang untuk melayat, dia tersadar.

Sontak keluarga, kerabat, atau tetangga yang datang melayat kaget sekaligus bahagia.

"Setelah itu kesadaran saya berangsur membaik," ujar bungsu dari lima bersaudara ini.

Namun, derita hidup dr Alit tak berhenti sampai di situ.

Berikutnya ia mengalami kelumpuhan selama tiga tahun dan tangan yang bergemetar selama kurang lebih setahun.

Karena lahir di keluarga sederhana dan pengobatan yang belum begitu maju ketika itu, dr Alit pun harus berusaha sendiri untuk memulihkan kondisinya dan dapat kembali hidup normal.

"Saat itu kondisi saya sangat sulit. Saya harus sekolah menggunakan kursi roda, dan bahkan setahun tidak mampu menulis karena tangan bergetar. Namun setelah dilatih sendiri, berangsur-angsur saya bisa kembali berjalan dan beraktivitas seperti biasa," terangnya.

Pengalaman hidup dr Alit juga diwarnai hal-hal aneh.

Ia mengalami berbagai hal di luar nalar seperti berbagai halusinasi, menjadi seorang anak indigo, bahkan kadang-kadang bisa melihat roh orang yang sudah mati.

"Saat itu saya sadar kondisi tersebut tidak normal, dan saya mencoba menghilangkannya. Saya berusaha mendalami ilmu kedokteran agar bisa tetap berpikir ilmiah dan karena saya lahir di Bali sesuai kepercayaan saya juga lakukan upacara pengelukatan dan mebayuh," ujar Ketua Devisi Ante Mortem DVI Bali dan Ketua Tim Terpadu Pencatatan dan Pelaporan Tindak Pidana Perempuan dan Anak ini.

Bahkan, dalam menjalankan profesinya sebagai dokter forensik, dalam beberapa kasus ia pernah mengalami hal-hal aneh.

Misal dalam melakukan pemeriksaan terhadap jenazah seorang anak inisial SM dan pembunuhan seorang wartawan beberapa tahun silam.

Saat mencari bukti guna pengungkapan kasus tersebut, ia banyak dibantu oleh tanda-tanda yang ditunjukkan oleh roh orang tersebut.


"Namun, di luar pengalaman itu, saya tetap bekerja sesuai dengan pembuktian yang faktual dan empiris," ujar dr Alit yang juga tercatat sebagai anggota polisi khusus Ditreskrim Polda Bali.

Sebagai orang yang terlahir dari kalangan Brahmana, dr Alit pun mempunyai kesempatan untuk menjadi seorang peranda/pedanda.

Saat disinggung mengenai hal tersebut, dirinya mengaku siap jika masyarakat menghendakinya untuk menjadi pemimpin suci umat Hindu.

"Kalau konsep di keluarga saya, Pedanda ibarat tempat tirtha atau air suci. Jadi tergantung masyarakat, jika kita dipercaya dan dikehendaki oleh masyarakat untuk menjadi seorang tempat tirtha atau menjadi seorang pedanda, ya kita bisa untuk memenuhi keinginan mereka," ujarnya sembari tertawa.

Tentunya bila kelak terpilih sebagai peranda, dr Alit harus meninggalkan profesinya sebagai ahli forensik yang telah dijalani belasan tahun.

Hari-harinya akan diisi dengan kegiatan keagamaan untuk melayani sekaligus membimbing umat.

hsumber:
ttp://bali.tribunnews.com/2015/05/28/kisah-dr-alit-ahli-forensik-rsup-sanglah-alami-mati-suri-dan-melihat-roh