Cerita Tentang Para Ahli Kubur

Minggu, 01 Desember 2013

Lelaki Bangkit dari Kuburan

Seorang wanita dari Sao Paolo, Brazil, baru-baru ini terkejut, dia ketakutan bila mendengar suara dan melihat mayat di sebuah tanah perkuburan masih hidup.

Mayat itu bahkan melambai-lambaikan tangannya dari dalam tanah.




Wanita yang tidak ingin diketahui namanya itu mengaku sedang mengunjungi makam keluarganya ketika dia melihat kejadian itu.

"Saya sangat ketakutan setengah mati melihat seorang lelaki yang saya kira sudah mati berusaha keluar dari dalam tanah. Muka dan kepalanya nampak dan tangannya menggapai-gapai berusaha untuk keluar,"

Perempuan itu lari terbirit-birit dan kemudian kembali membuat laporan ke kantor polisi setempat. Namun pihak polisi tidak mempercayainya dan menuduh dia hanya illusi.

Akhirnya dia pergi kepada penjaga kuburan dan melaporkan hal tersebut hingga penjaga kuburan dengan tujuan apakah benar yang sudah dia lihat itu.

Setelah diselidiki dan diangkat dari dalam tanah, rupanya Lelaki yang disangka sudah mati itu terlibat dalam sebuah kekacuan beberapa hari sebelumnya.

Lelaki itu telah dipukul oleh beberapa penyerang hingga dia pingsan dan para penyerangnya menguburkan dia hidup-hidup di kuburan tersebut.

sumber
http://www.wasukalu.com

Kamis, 21 November 2013

Kisah Nyata Sakaratul Maut

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam.

Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.


Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”

Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu.

Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.

Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.

Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekejaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak.

Aku bingung dan sering melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.

Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.

Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.

Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.

Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku.

Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.

Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya…

Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal dunia.



Kami segera membawa mereka ke dalam mobil.

Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening.

Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.

Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu.

Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu.

* Kejadian Yang Menakjubkan… Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.

Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.

Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemaniku pada peristiwa yang pertama- cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapatpenanganan.

Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama.

Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah.

“Subhanallah! ” dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati.

Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku Sudah punya pengalaman,” aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.

Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.

Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.

Sampai di rumah sakit…

Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.

Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya.

Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana, almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.

Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan,” kata almarhum.

Aku ikut menyalati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan.

Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat.

“Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”.


Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya…

Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat…

Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin…(Azzamul Qaadim, hal 36-42)

Sumber : ["Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab"; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; Penerbit : Akafa Press Hal. 48].
Ditulis ulang oleh akhwatmuslimah.com

Sabtu, 02 November 2013

Subhanallah Meninggal Saat Mendengarkan Khutbah Jumat

Ridwan Hadi (67), warga Desa Kalanganyar, Kecamatan Karanggeneng, meninggal dengan posisi duduk bersila saat khotbah Jumat di Masjid SMA Negeri 2 Lamongan, Jumat (1/11/2013) pukul 12.00 WIB.

Saksi mata Khoirul Hadi (32) yang duduk di belakang korban mengungkapkan, sejak awal korban memang dalam posisi duduk bersila.

Namun, tak satu pun jemaah ada mengira kalau posisi pensiunan guru yang duduk bersila dengan kepala menunduk itu sebenarnya telah meninggal.




Waktu khotbah selesai, jamaah berusaha membangunkan korban untuk melakukan sholat, namun tidak ada respon sama sekali.

Beberapa jamaah menepuk-nepuknya beberapa kali.

"Lalu saya memeriksa nadinya, tapi tidak teraba,"ungkap Khoirul Hadi kepada SURYA Online, Jumat (1/11/2013).

Karena tidak ada respons apa pun, saksi bersama jamaah lainnya merebahkan korban dan melanjutkan sholat Jumat.

Usai sholat, saksi dan para jamaah mengecek, dan diyakini Ridwan Hadi sudah meninggal.

Satpam SMA Negeri 2, Choiri menghubungi RS Islam Nasrul Ummah dan membawa korban ke sana.

Korban Ridwan meninggal akibat penyakit jantung karena memiliki riwayat penyakit tersebut.

sumber:
suya online.

Sabtu, 12 Oktober 2013

30 Tahun Meninggal Ternyata Masih Hidup

Donald Miller yang berasal dari Ohio meninggalkan istri, dua anaknya, dan utang-utangnya dalam jumlah besar ketika dia lari dari rumah pada 1986.

Sempat dinyatakan meninggal, 30 tahun kemudian pria ini muncul kembali dalam keadaan sehat.


Masalah datang ketika dia mencoba untuk mendapatkan surat izin mengemudi. Hakim di persidangan pada pekan ini menemukan, pernyataan meninggal tidak bisa dibatalkan setelah tiga tahun.

Miller secara hukum dinyatakan meninggal pada 1994, tetapi akhirnya kembali ke rumah pada 2005 lalu.

Laman BBC (11/10) menyebutkan, hakim Allan Davis membacakan putusan ini di Hancock County, Ohio dan menyebutnya sebagai "kasus yang sangat aneh".

"Kita harus memperjelas. Seorang pria duduk di persidangan dengan tubuh yang sehat," katanya.

Hakim ini cukup bingung karena dirinya dicegah oleh hukum negara untuk menyatakan secara hukum Miller masih hidup.

"Saya tidak tahu bagaimana jadinya, tetapi secara hukum Anda masih dinyatakan meninggal," lanjut sang hakim.

Miller, 61, mengatakan dia lari dari rumah pada 1986 setelah kehilangan pekerjaan. Dia meninggalkan istrinya Robin dan dua anaknya.

Belakangan, Miller pun dinyatakan meninggal, istrinya yang kemudian menjanda diberikan bantuan dari Dinas Sosial untuk menghidupi anak-anaknya.

Meski saat ini, pria tersebut pulang ke rumahnya dalam kondisi sehat tetapi secara legal masih dinyatakan mati. Istrinya pun tidak harus mengembalikan dana sosial itu ke pemerintah.

sumber:
bbc.co.uk
jawapos.com

Selasa, 10 September 2013

40 Hari Bangkit Dari Kubur di Kota Kediri Jatim

Kakek tersebut bernama Mat Ikhsan (76), yang dianggap sudah meninggal dunia tiba-tiba muncul dan menggegerkan warga Boto Lengket, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Padahal pada Senin (26/3/2011) lalu, keluarga beserta tetangga telah menguburkan jenazahnya di pemakaman umum Wonosari desa setempat yang meninggal akibat gantung diri.


Seperti dilansir Tribun, saat ini, keluarga tengah mempersiapkan tahlilan dalam rangka menyambut 40 harinya yang jatuh pada hari Minggu nanti. Namun ternyata kakek dengan 5 putra tersebut pulang ke rumah.

Sukemi, Sepupu Mat Ikhsan menuturkan, kepulangan kerabatnya tersebut bermula dari kedatangan Kliwon, teman Mat Ihsan, ke rumah dan mengabarkan jika baru saja bertemu dengan Mat Ikhsan.

Sukemi yang awalnya sempat tidak percaya menjadi menurut karena Kliwon meyakinkan dengan berbagai cara. "Dia sampai mempertaruhkan sepeda motornya jika salah," ujar Sukemi yang ditemui di rumah Mat Ikhsan.



Kliwon bertemu dengan Mat Ikhsan ketika sama-sama melintas di Jalan Yos Sudarso wilayah Pocanan, Kecamatan Kota. Saat berpapasan tersebut, Kliwon yang tahu bahwa rekan kerja semasa mudanya itu telah meninggal sempat tidak percaya ketika melihat Ikhsan.

Akhirnya, Kliwon memutuskan balik arah dan menemui temannya yang sedang jalan kaki itu. "Sama Kliwon diajak ke warung dan tidak boleh ke mana-mana, lalu di tinggal ke sini," pungkas Sukemi.

Keluarga yang datang ke warung di Pocanan juga yakin bahwa itu Mat Ikhsan, akhirnya dibawa pulang ke rumah. Para tetangga yang mengetahui cerita itu menjadi berbondong-bondong datang untuk melihatnya.

Mukini (51), anak Mat Ihksan yang pulang lebih awal dari tempatnya bekerja karena mendapat kabar ini langsung menangis dan memeluk serta menciumi tubuh bapak yang selama ini sudah dianggap meninggal." Bapak.....," ujarnya sambil menangis.

Sementara Mat Ikhsan mengatakan, selama ini dirinya sengaja pergi dari rumah karena merasa tidak kuat dengan beban hidup yang ia hadapi. "Saya bingung, anak-anak saya sakit," ujarnya dengan suara lirih.

Lalu, siapa orang yang dikubur 40 hari lalu?


sumber:
http://lingkarmerah.blogspot.com/2011/04/geger-kakek-gantung-diri-setelah-40.html

Kamis, 30 Mei 2013

Jasad Dihimpit Bumi

Ada apa gerangan hingga jasad seseorang dihimpit bumi?
Itulah yang terjadi pada jasad Al Amir Sayyid Hasan.
Karena masih memiliki tanggungan hutang sebelum meninggal, Amir mendapat azab kubur.

Di alam barzah, jasad Amir terhimpit bumi dan makamnya menyempit.
Namun, setelah hutangnya dilunasi oleh anaknya, alam kubur Amir menjadi lapang.


Berikut Kisahnya

Dikutip dari Kitab Dar As-Salam, diceritakan bahwa pada suatu hari Sayyid Ali bersedih karena ayahnya meninggal dunia.
Sebagai anak, ia ikut menguburkan ayahnya tersebut.

Beberapa bulan kemudian, Sayyid pergi ke Masyad (Iran) untuk menuntut ilmu. Namun tujuh bulan kemudian, giliran ibunya yang meninggal dunia dan dikuburkan di daerah Najef (Irak).

Pada suatu malam, Sayyid bermimpi didatangi nayahnya.
Dalam mimpinya tersebut, Sayyid mengucapkan salam kepada ayahnya.
"Assalamu'alaikum..," ucap Sayyid dalam mimpinya, dimana dia sadar bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
"Waalaikumsalam..," jawab ayahnya.

"Wahai ayahku, coba ceritakan kepadaku, bagaimana kondisi ayah di alam kubur sekarang ini?" tanya Sayyid dengan penuh heran.
"Dengarkanlah wahai anakku. Sesungguhnya kuburku terasa sempit. Alam kubur itu seolah menghimpit jasadku," Jawab ayah Sayyid.

Kemudian Al Amir (ayahnya Sayyid) mengatakan apa yang dialaminya di alam kubur karena tidak lepas hutang yang berlum terbayar kepada tetangganya yang bernama H Ridla bin A'a Babasy Syahir.
Namun, tak sampai selesai bercerita, tiba-tiba saja Sayyid terbangun dari tidurnya. Mimpi itu menyisakan tanda tanya besar dalam benak Sayyid.

Pada keesokan harinya, Sayyid mengirim surat kepada saudaranya di daerah Isfahan.
Dalam suratnya itu, ia menceritakan mimpi yang dia alami sekaligus menanyakan apakah ayahnya memang memiliki hutang kepada H Ridla bin A'a Babasy Syahir. Beberapa hari kemudian, datanglah surat balasan. Namun, isi surat itu menyatakan bahwa saudaranya tidak menemukan catatan hutang di buku milik ayahnya.

Karena terus menerus diliputi kegelisahan, Sayyid kembali menulis surat kepada saudaranya.
Dalam surat itu, ia menyuruh agar saudaranya mendatangi rumah H Ridla dan menanyakan perihal hutang ayahnya.

Setelah ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan, ternyata benar jika ayah Sayyid pernah berhutang sebesar 18 tuman (mata uang Iran) dan tak ada seorang pun yang mengetahui kecuali Allah SWT karena hutang tersebut tidak tercatat di buku.
Setelah mendapatkan kejelasan tentang hutang tersebut, maka saudara Sayyid mengirim surat lagi yang menyatakan kebenaran hutang itu.

Hutang Dilunasi Anaknya

Sayyid yang menerima surat balasan dari saudaranya, langsung mendatangi rumah H Ridla dengan tujuan untuk melunasi hutang ayahnya.

Ketika bertemu dengan H Ridla, Sayyid menceritakan perihal mimpinya.
"Tuan, terimalah uang ini sebagai kewajiban atas hutang ayah saya," kata Sayyid.

Akan tetapi, uang tersebut ditolak oleh H Ridla yang rupanya terkesima dengan mimpi Sayyid.
"Karena mimpimu itu, sekarang hutang ayahmu aku ikhlaskan. Sesungguhnya aku telah menganggap ayahmu seperti saudarku sendiri," ucap H Ridla.

Begitu mendengar kata ikhlas yang diucapkan H Ridla tersebut, Sayyid merasa lega dan gembira. Ia pun segera berpamitan dan meluncur pulang.

Pada malam harinya, ia bermimpi lagi didatangi ayahnya. Dalam mimpi itu, ia melihat wajah ayahnya berseri-seri.
"Alhamdulillah, sekarang aku dalam keadaan yang baik. Kesempitan dan himpitan alam kubur itu telah hilang dan berganti dengan kelapangan," ucap Al Amir di dalam mimpi anaknya.

Itulah salah satu kewajiban anak, saudara, agar melunasi hutang sebelum jasad dikuburkan.
Telah jelas, bahwa tiap kali kita megiring jenazah, diberitahukan ke khalayak ramai, siapa yang memiliki hutang kepada si fulan, maka bisa berhubungan dengan ahli warisnya.

Jumat, 05 April 2013

Kisah Jenazah Ditemani Ular

Siapakan kelak yang mati di alam kuburnya akan ditemani oleh ular.
Peringatan keras bagi mereka yang suka melalaikan atau menunda-nunda shalat. Sebab kelak ia akan ditemani oleh seekor ular di alam kubur. Ular tesebut bermata api, kukunya dari besi, dan suaranya bagaikan halilintar.


Kisahnya

Dalam Kitab Azzawijr susunan Ahmad bin Hajar Al-Haitami berkata,
"...Siapa yang meremehkan (meninggalkan) shalat akan dihukum oleh Allah SWT dengan lima belas siksa. Lima di dunia, dan tiga ketika mati, dan tiga di alam kubur..."

Ketiga siksa di alam kubur itu adalah disempitkan kuburnya sehingga hancur tulang-tulang rusuknya, dinyalakan api dalam kubur dan didatangkan seekor ular.
Diriwayatkan bahwa kelak di dalam kubur orang yang suka melalaikan shalat akan didatangkan padanya ular yang bernama SYUJA'. Mata ular Syuja' tersebut buta, namun berapi, kuku-kukunya panjang dan terbuat dari besi.



Orang yang Melalaikan Shalat

Inilah salah satu siksaan yang paling terang di alam kubur, kalau orang melalaikan kewajiban shalat.
Ular Syja' berkata kepada si mayat dengan suara seperti halilintar,
"Aku adalah Syuja' Al Aqra, Allah SWT menyuruhku memukul kamu karena meninggalkan shalat subuh hingga terbit matahari, dan memukulmu karena meninggalkan shalat Zuhur hingga Ashar, dan memukul kamu karena meninggalkan shalat Ashar hingga Maghrib, dan memukulmu karena meninggalkan shalat maghrib hingga Isya, dan memukulmu karena meninggalkan Shalat Isya hingga Subuh datang."

Ular Syuja' berkata lagi,
"Tiap kali aku memukulmu, maka terbenamlah si mayat ke dalam tanah hingga tujuh puluh hasta, maka ia selalu tersiksa dalam kuburnya hingga hari kiamat."

Benar-benar dahsyat dan keras pukulan ular Syuja' hingga membuat si mayat menangis dengan kerasnya.
Astaghfirullah...

Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT agar selalu giat melaksanakan shalat, terhindar dari rasa malas dan mengulur-ngulur waktu shalat, amiin...

Wallahu A'lam...

Selasa, 12 Maret 2013

Jenasah Penyelamat Nabi Utuh Puluhan Tahun

Maret 2013, Berita Alam Kubur datangnya dari sahabat Nabi yang bernama Thalhah bin Ubaidillah.
Jenazah beliau ditemukan dalam kondisi utuh setelah puluhan tahun dimakamkan. Semasa hidupnya, beliau terkenal sebagai pejuang Islam yang tangguh demi menyelamatkan jiwa Rasul-nya.


Kisahnya

Thalhah bin Ubaidilah ini memeluk agama Islam ketika beliau berusia masih muda. Pada saat itu ia bepergian dengan sebuah kafilah Quraisy untuk berniaga ke Syam. Setibanya di Busra, para pedagang segera masuk ke pasar untuk berdagang. Nah, ketika berada di tangah-tengah pasar, ada seorang pendeta berseru,
"Pehatian! Perhatian! Perhatian wahai kaum pedagang, adakah diantara Tuan-Tuan yang berasal dari Makkah?"

"Ya, aku adalah asli penduduk Makkah," jawab Thalhah.
"Wahai pemuda, sudah munculkah di tengah-tengah kalian orang yang bernama AHMAD?" tanya pendeta.
"Ahmad yang mana?" tanya Thalhah.
"Ahmad Ibnu Abdullah bin Abdul Muthathlib. Dia seharusnya sudah muncul pada bulan ini. Dia adalah seorang Nabi Penutup, Nabi Terakhir di antara manusia. Sebaiknya engkau segera menemuinya," kata pendeta itu menjelaskan.

Berita dari pendeta itu begitu tertanam di lubuk hati Thalhah sehingga ia langsung bergegas mengambil untanya dan pulang ke Makkah. Meski pada awalnya sempat kesulitan untuk bertemu dengan Rasulullah SAW, namun pada akhirnya bertemu juga. Ternyata ia langsung menyatakan keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sejak saat itulah seluruh jiwa dan raganya dipertaruhkan untuk dakwah Islam. Beliau tidak pernah takut sedikitpun untuk berjihad di jalan Allah SWT meski jiwanya harus melayang.



Perang UHUD

Ketika pada perang Uhud, ia begitu gagah perkasa membantai pasukan musuh. Namun pada saat itu kondisi pasukan muslim mulai tersudut. Bahkan jiwa Rasulullah SAW saat itu tengah terancam oleh pasukan musuh.

Rasulullah SAW bertanya,
"Siapakah di antara kalian yang berani melawan mereka, maka dia akan menjadi temanku kelak di surga."
"Saya Ya Rasulullah..." jawab Thlhah dengan tegas dan tak gentar.

Rasulullah SAW kemudian mempersiapkannya. Dalam perang itu, Rasulullah SAW mengalami banyak luka di derah wajah, kening dan bibir beliau bterluka serta taringnya patah. Thalhah yang berada dekat dengan Rasululah SAW, sebagai tameng terakhir diri Nabi, langsung meringsek maju ke depan menghajar musuh-musuhnya dengan sekuat tenaga.
Thalhah sesaat maju ke depan dan sesaat lagi dekat dengan Rasul-Nya.

Pada satu ketika dekat denga Rasul, dengan sigap Thalhah sedikit demi sedikit mengarahakan nabi ke atas bukit, dan berhasil. Tubuh nabi yang bercucuran darah pada wajahnya, segera di seka dengan bajunya oleh Thalhah. Padahal pada saat itu Thalhah sendiri malah lebih parah dari keadaan Rasulullah SAW pada saat itu. Dan tubuh Rasulullah SAW disandarkan di sisi tebing yang aman.
Subhanallah....sungguh seorang mujahid sejati, si Thalhah ini.

Karena lawan yang tak seimbang, Thalhah mengalami banyak luka. Diriwayatkan bahwa Thalhah ini mendapat luka sebanyak 79 luka yang berupa tusukan, sabetan pedang, lemparan panah dan lembing. Pergelangan tangannya putus oleh sabetan pedang musuh. Karena begitu banyak darahnya yang keluar, akhirnya beberapa saat kemudian Thalhah tewas di dekat Rasulullah SAW sebagai mati SYAHID.

Jenasah Utuh

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki yang datang menemui putrinya, Aisyah binti Thalhah.
Lelaki itu berkata,
Wahai Aisyah, sesungguhnya aku telah bermimpi telah bertemu dengan Thalhah, dan dia berkata,"Katakan kepada Aisyah, pindahkan aku dari tempat ini karena kelembaban atau airnya telah menggangguku."

Maka Aisyah pun segera berangkat ke pemakaman dengan pakaian yang tertutup. Dia meminta orang-orang untuk menggali kubur ayahnya.
Dan, SUBHANALLAH....tidak ada yang berubah pada jasad Thalhah selain beberapa helai rambut di salah satu sisi jenggotnya.
Subhanallah...setelah lebih dari 30 tahun dimakamkan, jenazah utuh.

Tubuh Rasulullah SAW kemudian disandarkan di

Selasa, 08 Januari 2013

Makam Sahabat Nabi Berbau Wangi

Assalamu'alaikum.

Indahnya nikmat kubur sepertinya dirasakan oleh jenazah sahabat Rasul SAW yang bernama Sa'ad bin Muaz. Beliau meninggal ketika Perang Khandaq.
Pada ssat hendak dimakamkan, liang lahat untuk memakamkan Saad bin Muaz menebarkan bau harum bagaikan bunga kasturi.


Kisahnya.
Saad bin Muaz adalah sahabat nabi yang berasal dari suku Aus, Madinah. Pada usia 31 tahun itu juga ia meninggal dunia dengan mati syahid. Beliau begitu total memeluk agama Islam, bukan hanya harta benda, jiwa dan nyawa pun ia relakan demi iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dari itu, saat ada ajakan perang badar, ia dengan lantang membangkitkan semangat kaum muslimin.
"Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepada Allah SWT dan kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar dan kami berikan ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus ya Rasulullah apa yang Anda inginkan, dan kami akan selalu bersama Anda," kata Saad.

Keberanian Saad.
Kata-kata Saad itu mncul tak ubah bagaikan berita gembira dan wajah Rasulullah pun bersinar-sinar, gembira dipenuhi rasa ridha serta bahagia. Kemudian Beliau berkata kepada kaum muslimin,
"Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian karena Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu diantara 2 golongan. Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu."

Pada perang Badar itu, pasukan muslimin berhasil mengalahkan musuh dari kafir Quraisy.
Bukan hanya di perang Badar saja, Saad juga menunjukkan keberaniannya pada perang Khandaq. Ketika itu Rasulullah SAW memerintahkan untuk menggali parit perlindungan di sekeliling Madinah untuk membendung serangan musuh.

Pada saat perang telah dimulai, tentara musuh agak tertahan dengan adanya parit tersebut. Saat itulah Saad bin Muaz keluar membawa pedang dan tombaknya. Ketika tengah berperang, tak terasa salah satu lengannya terkena anak panah musuh. Darah pun bercucuran, Rasul pun mengetahui hal itu dan menyuruh para sahabat untuk membawanya ke masjid untuk dirawat.

Bau Bunga Kasturi.
Di dalam masjid, Saad berdoa,
"Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quraisy iini masih ada yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadipinya. Dan jika seandainya Engkau telah mengakhiri perang ini, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku ini sebagai jalan untuk menemui syahid."

Akhirnya doa Saad dikabulkan oleh Allah SWT.
Saad meninggal seblualn setelah luka itu dan kembali kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersedih atas meninggalnya sahabatnya itu. Sebelum meninggal, Saad sempat dijenguk oleh Rasulullah SAW, Beliau meraih kepala Saad kemudian ditempatkan di atas pangkuannya.

Saaat hendak dimakamkan, sahabat Abu Sa'id al-Khudri memberikan kesaksian.
Ia yang saat itu menggali kubur untuk jenasah Saad, mengaku mencium bau wangi bunga kasturi.
Kata Abu Sa'id,
"Saya adalah salah seorang yang menggali makam untuk Saad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi bunga kasturi hingga sampai ke liang lahat."